Profil
Nama Resmi
|
:
|
Provinsi Banten
|
|
Ibukota
|
:
|
Serang
|
|
Luas Wilayah
|
:
|
9.662,92 Km2 *)
|
|
Jumlah Penduduk
|
:
|
9.953.414 jiwa *)
|
|
Suku Bangsa
|
:
|
Sunda, Baduy
|
|
Agama
|
:
|
Islam, Protestan, Katolik dan Sunda Wiwitan
|
|
Wilayah Administrasi
|
:
|
Kab.: 4, Kota : 4, Kec.: 154, Kel.:
262, Desa : 1.273 *)
|
|
Dahulu wilayah
Banten (Cilegon, Tangerang, Serang, Pandeglang dan Lebak) merupakan bagian dari
Provinsi Jawa Barat, namun dengan adanya pemekaran daerah maka sejak tanggal 4
Oktober 2003 Banten resmi menjadii sebuah Provinsi dengan Ibukota Serang.
Meskipun usianya masih muda Banten mempunyai sejarah panjang dalam perjuangan
bersama dengan daerah-daerah yang lainnya, utamanya perjuangan melawan kaum
kolonialisme / penjajahan. Banten juga
merupakan provinsi yang sangat banyak di minati tempat pariwisatanya dan
keudayaan nya karena dari semua itu mereka mempunyai keunikan tersendiri. Tidak banyak yang diketahui mengenai sejarah dari bagian terbarat pulau Jawa ini, terutama pada masa sebelum masuknya Islam. Keberadaanya sedikit dihubungkan dengan masa kejayaan maritim Kerajaan Sriwijaya, yang menguasai Selat Sunda, yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera. Dan juga dikaitkan dengan keberadaan Kerajaan Sunda Pajajaran, yang berdiri pada abad ke 14 dengan ibukotanya Pakuan yang berlokasi di dekat kota Bogor sekarang ini. Berdasarkan catatan, Kerajaan ini mempunyai dua pelabuhan utama, Pelabuhan Kalapa, yang sekarang dikenal sebagai Jakarta, dan Pelabuhan Banten.
Dari beberapa data mengenai Banten yang tersisa, dapat diketahui, lokasi awal dari Banten tidak berada di pesisir pantai, melainkan sekitar 10 Kilometer masuk ke daratan, di tepi sungai Cibanten, di bagian selatan dari Kota Serang sekarang ini. Wilayah ini dikenal dengan nama “Banten Girang” atau Banten di atas sungai, nama ini diberikan berdasarkan posisi geografisnya. Kemungkinan besar, kurangnya dokumentasi mengenai Banten, dikarenakan posisi Banten sebagai pelabuhan yang penting dan strategis di Nusantara, baru berlangsung setelah masuknya Dinasti Islam di permulaan abad ke 16.
Dari beberapa data mengenai Banten yang tersisa, dapat diketahui, lokasi awal dari Banten tidak berada di pesisir pantai, melainkan sekitar 10 Kilometer masuk ke daratan, di tepi sungai Cibanten, di bagian selatan dari Kota Serang sekarang ini. Wilayah ini dikenal dengan nama “Banten Girang” atau Banten di atas sungai, nama ini diberikan berdasarkan posisi geografisnya. Kemungkinan besar, kurangnya dokumentasi mengenai Banten, dikarenakan posisi Banten sebagai pelabuhan yang penting dan strategis di Nusantara, baru berlangsung setelah masuknya Dinasti Islam di permulaan abad ke 16.
Kubah Mesjid, melambangkan kultur masyarakat yang agamais.
Bintang bersudut lima, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menara Mesjid Agung Banten, melambangkan semangat tinggi, yang berpedoman pada petunjuk Allah SWT.
Gapura Kaibon, melambangkan Daerah Propinsi Banten sebagai pintu gerbang peradaban dunia, perekonomian dan lalu lintas internasional menuju era globalisasi.
Bintang bersudut lima, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menara Mesjid Agung Banten, melambangkan semangat tinggi, yang berpedoman pada petunjuk Allah SWT.
Gapura Kaibon, melambangkan Daerah Propinsi Banten sebagai pintu gerbang peradaban dunia, perekonomian dan lalu lintas internasional menuju era globalisasi.
Padi berwarna kuning berjumlah
17 dan kapas berwarna putih berjumlah 8 tangkai, 4 kelopak berwana coklat, 5
kuntum bunga melambangkan
Propinsi Banten merupakan daerah agraris, cukup sandang pangan. 17-8-45
menunjukkan Proklamasi Republik Indonesia.
Gunung berwarna hitam,
melambangkan kekayaan alam dan menunjukkan dataran rendah serta pegunungan.
Badak bercula satu, melambangkan masyarakat yang
pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran dan dilindungi oleh hukum.
Laut berwarna biru,
dengan gelombang putih berjumlah 17 melambangkan daerah maritim, kaya dengan
potensi lautnya.
Roda gerigi berwarna abu-abu berjumlah 10, menunjukkan
orientasi semangat kerja pembangunan dan sektor industri.
Dua garis marka berwarna putih, menunjukkan landasan
pacu Bandara Soekarno Hatta.
Lampu bulatan kuning, melambangkan pemacu
semangat mencapai cita-cita.
Pita berwarna kuning, melambangkan ikatan
persatuan dan kesatuan masyarakat Banten.
Semboyan "IMAN TAQWA" sebagai landasan
pembangunan menuju Banten Mandiri, Maju dan Sejahtera.
Arti warna yang
digunakan dalam simbol daerah:
Merah : melambangkan keberanian
Putih : melambangkan suci, arif dan bijaksana
Kuning : melambangkan kemuliaan, lambang kejayaan dan
keluhuran
Hitam : melambangkan keteguhan, kekuatan
dan ketabahan hati
Abu-abu : melambangkan
ketabahan
Biru : melambangkan kejernihan,
kedamaian dan ketenangan
Hijau : melambangkan kesuburan
Coklat : melambangkan kemakmuran
Terdapat 20 seni tradisional yang dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
Seni Tradisional yang sangat kental
diwarnai agama Islam yang perkembangannya hidup bersama agama itu sendiri.
Seni-seni dalam katagori ini adalah : ngabedug (seni bedug), seni rampak bedug,
seni qasidah, terebang gede, marhaba rakbi, dzikir saman, debus, patingtung, rudat, angklung buhun, dog dog lojor,
bendrong lesung, ubrug dan beluk. Semua kesenian ini sudah lama dikenal dan
diminati penggunaan nya oleh masyarakat luar dan dalam banten .
Seni Tradisional yang datang dari
luar Banten tapi telah mengalami proses akulturasi budaya sehingga terkesan
sebagai seni tradisional Banten.
0 Comment "Profile Banten"
Posting Komentar