Berlibur ke Pantai ? Kebun Binatang ? Puncak ?Atau
Taman Kota? Sudah biasa. Bagaimana kalau menghabiskan hari libur mudi tengah pedalaman
bersamaSuku terasing ? Bukan kah itu patut di coba ? Aku merekomendasikan sebuah
Desaetnis di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. DesaBaduy.
Desa Baduy adalah sebuah suku yang menerapkan system isolasi dari dunia luar.
Yang memiliki keyakinan tabu untuk di
foto , tidak mengenal budaya tulis, melarang penduduknya menggunakan segala bentuk
peralatan elektronik atau pun alat transportasi dan segala sesuatu yang berbau modern.
Penduduknya biasa disebut Orang Baduy, yang merupakan
sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut. Tapi masyarakat Baduy sendiri lebih suka menyebut diri mereka sebagai urang Kanekes atau
"orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka.
Masyarakat
Desa Baduy menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di Desa mereka,
membuat mayoritas penduduknya tidak bisa membaca dan menulis. Walau begitu tidak
sulit untuk menjalin komunikasi dengan orang Baduy karna meski bahasa yang
mereka gunakan sehari-hari adalah Bahasa sunda dialek Sunda-banten, mereka lancer
menggunakan Bahasa Indonesia. Walaupun mereka tidak pernah mengenal sekolah yang dianggap menentang adat istiadat. Budaya,
kepercayaan, dan semua cerita nenek moyang mereka simpan rapih dalam tuturan lisan.
Masyarakat Baduy secara umum terbagi menjadi tiga
kelompok yaitu tangtu, panamping,
dan dangka.
Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal
sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang
tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang
Kanekes Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai
ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang
asing.
Kelompok masyarakat kedua yang disebut panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, merupakan orang-orang yang telah keluar
dari adat dan wilayah Baduy
Dalam,yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy
Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain
sebagainya. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian
dan ikat kepala berwarna hitam.
Dan kelompok dangka
adalah Masyarakat Baduy yang tinggal diluar Desa Baduy. Saat ini
tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh
(Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone
atas pengaruh dari luar.
Masyarakat
Baduy menganut kepercayaan yang mereka sebut sebagai Sunda Wiwitan. Yaitu pemujaan
kepada arwah nenek moyang yang pada perkembangan
selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan
dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan
sehari-hari orang Kanekes.
Untuk mata
pencaharian Masyarakat Baduy, sebagaimana yang telah terjadi selama
ratusan tahun, mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah bertani
padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan
dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.
Saat ini,
mengunjungi Desa Baduy sudah menjadi hal yang lumrah.Peminatnya pun sudah banyak,
bisa mencapai ratusan orang setiap kali
kunjungan. Mereka akan dengan ramah menerima kehadiran pengunjung, kamu bahkan bisa
menginap satu malam disalah satur umah penduduk. Tentunya dengan ketentuan menuruti adat-istiadat
yang berlaku. Seperti dilarang berfoto di wilayah Baduy Dalam dan menggunakan sabun atau
pasta gigi di sungai. Dengan begitu, sejak ratusan tahun yang lalu Masyarakat baduy
telah berhasil menjaga wilayah dan keasrian lingkungannya hingga hari ini. Jadi,
bisa dibayang kan pengalaman seperti apa yang akan kamu dapatkan dalam kunjungan
singkat itu.
0 Comment "Berkunjung kepedalaman desa baduy"
Posting Komentar